Selasa, 26 April 2011

Di Bawah Naungan Demokrasi: Kekayaan Alam untuk Asing

oleh Hidup Sejahtera di Bawah Naungan Khilafah pada 27 April 2011 jam 12:47

Satu lagi contoh sikap pemerintah menganut asas liberalisme dalam pengelolaan migas. Hingga tulisan ini dibuat pemerintah belum menetapkan siapa yang akan menjadi operator blok Migas West Madura, setelah masa kontrak eksplorasi blok tersebut berakhir 6 Mei yang akan datang.

Sekedar informasi, mulanya saham West Madura dimiliki oleh Pertamina (50 persen), Kodeco (25 persen), dan CNOOC (25 persen). Sebulan menjelang habisnya masa kontrak tersebut, Kodeco mengalihkan sebagian sahamnya ke PT Sinergindo Cahaya Harapan dan CNOOC ke Pure Link Ltd masing-masing sebesar 12,5 persen (tempointeraktif, 19/4/11). Meski bukan pemegang saham mayoritas, selama ini blok West Madura dikelola oleh Kodeco perusahaan minyak asal Korea Selatan.

Sikap pemerintah sejak dulu nampak lebih berpihak kepada swasta khususnya asing ketimbang Pertamina dalam mengelola Blok Migas tersebut. Pertama, Pertamina sejak Mei 2008 telah lima kali meminta kepada pemerintah agar blok West Madura tersebut sepenuhnya dikelola oleh BUMN tersebut. Sayangnya hingga kini Pemerintah belum mengabulkan permintaan tersebut. Di sisi lain proses pengalihan saham dari Kodeco dan CNOOC ke PT Sinergindo Citra Harapan (SCH) dan Pure Link Investment Ltd (PLI) hanya berlangsung dalam beberapa hari saja. Itupun tanpa tender yang transparan.

Kedua, porsi saham Pertamina pada West Madura adalah yang paling besar, namun kenyataannya yang menjadi pengelola adalah Kodeco dengan kemampuan produksi hanya berada pada level 13-14 ribu bph. Di sisi lain, Pertamina menyatakan sanggup menyedot minyak dari ladang itu hingga 30 ribu barel per hari.

Ketiga, potensi cadangan blok tersebut menurut Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) cukup besar yakni 22,22 juta barel minyak dan gas sebesar 219,8 BCFG (Kabarbisnis.com, 21/4/11). Jika diasumsikan harga minyak mentah sebesar US$ 100 per barrel dan gas US$ 4 per MMbtu maka nilai potensi migas blok tersebut mencapai Rp 28 triliun rupiah. Jika blok tersebut dapat diproduksi 30 ribu barel migas perhari maka cadangan tersebut baru habis selama enam tahun. Setelah dipotong cost recovery US$ 10 per barel, kekayaan yang dapat diraup sekitar Rp 4 triliun setiap tahunnya. Dengan demikian, menyerahkan pengelolaan tersebut kepada Kodeco, Pertamina sebagai BUMN tidak mendapat keuntungan sebagai operator.

Inilah ironi negara yang kaya migas namum pengelolaannya justru didominasi pihak asing. Padahal Pertamina sebagai satu-satunya BUMN di bidang migas memiliki kemampuan yang tak kalah hebatnya dibandingkan perusahaan asing yang ada. Dengan kata lain sebenarnya Pertamina memiliki kemampuan yang memadai untuk mengelola potensi migas di tanah air. Meski demikian, karena terpasung dengan regulasi yang kapitalistik khususnya UU Migas No 22 Tahun 2001, Pertamina disejajarkan dengan perusahaan-perusahan swasta termasuk asing, bahkan cenderung dianaktirikan. Walhasil kekayaan di negara ini tidak dapat dikuasai dan dimanfaatkan secara optimal oleh rakyatnya.

Potensi Besar

Dari aspek sumber daya alam, Indonesia merupakan negara yang amat kaya. Tanah subur yang sangat baik untuk pertanian, hutan tropis yang mengandung jutaan kubik kayu, lautan yang kaya ikan dan potensi laut lainnya. Berbagai barang tambang strategis juga tertimbun di bawah bumi Indonesia.

Sekedar ilustrasi, berdasarkan Indonesia Energy Statistic 2009, yang dikeluarkan Kementerian ESDM, total cadangan minyak Indonesia mencapai 7,998 MMSTB (million standard tanker barrel). Jumlah ini menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil minyak terbesar ke-29 di dunia. Sementara itu cadangan gas mencapai 159,63 TSCF (triliun standard cubic feet) atau terbesar ke-11 dunia. Indonesia juga kaya batu bara atau terbesar ke-15 dunia. Per 2009 cadangan batubara mencapai 126 miliar ton. Indonesia juga kaya dengan energi panas bumi (geotermal) yang tersebar di berbagai pejuru nusantara potensinya mencapai 28,1 GW. Barang tambang seperti nikel, emas, perak, timah, tembaga dan biji besi juga jumlahnya sangat melimpah.

Dinikmati Asing

Sayangnya, kekayaan alam tersebut justru lebih banyak dinikmati oleh negara lain ketimbang penduduk Indonesia. Berdasarkan dari Neraca Energi 2009 dari 346 juta barrel minyak mentah yang diproduksi di dalam negeri, 38% diekspor ke negara lain. Ironisnnya pada saat yang sama Indonesia harus mengimpor minyak mentah 129 juta BOE, atau 35% dari total produksi dalam negeri. Ini karena 85 persen produksi minyak Indonesia dikuasai oleh swasta termasuk asing. Di sisi lain, rakyat terus dibuat sengsara akibat harga minyak terus dinaikkan agar sesuai dengan harga internasional.

Demikian pula dengan gas alam Indonesia, sudahlah produksinya dimopoli swasta asing, sebagian besar hasilnya justru dijual ke luar negeri dengan kontrak-kontrak jangka panjang. Dari total produksi 459 juta BOE (barrel of oil equivalent) pada 2009, hampir 60% diekspor ke luar negeri yang terdiri dari gas alam (12%) dan dalam bentuk LNG 48%. Sisanya dibagi-bagi untuk industri (19%), PLN (10%), dan lain-lain. Padahal dengan jumlah tersebut, kebutuhan domestik sangat tidak memadai. Sejumlah industri menjerit-jerit kekurangan pasokan gas. Hal yang sama dialami PLN. Akibat kekurangan gas PLN terpaksa menggunakan minyak yang biaya produksinya jauh lebih mahal. Sumber energi seperti batubara justru juga sama, dimonopoli swasta. Dengan produksi sekitar 250 juta ton, 77 persen justru diekspor ke luar negeri. Kalaupun dijual ke dalam negeri termasuk kepada PLN dijual dengan harga internasional. Mahal dan langkanya sumber energi tersebut membuat biaya listrik dan harga-harga barang menjadi lebih mahal. Ujung-ujungnya rakyat yang menanggung akibatnya.

Demikian pula dengan barang tambang lainnya seperti emas, perak, tembaga, timah dan nikel juga dimonopoli swasta. Sejumlah BUMN memang ikut menjamah kekayaan tersebut namun peran mereka makin terpinggirkan. Padahal jika barang tambang tersebut dikelola oleh negera maka kontribusi terhadap pendapatan negara akan sangat besar. Dari perhitungan data produksi barang tambang tahun 2008 untuk emas, perak dan biji besi, tembaga, timah, nikel, feronikel, dan batu bara dikalikan dengan harga masing-masing di pasar internasional maka kekayaan yang dapat diperoleh sebesar Rp 388 triliun. Jika ditambah dengan minyak dan gas maka nilainya mencapai Rp 1,031 triliun. Angka ini tentu lebih besar dibandingkan dengan kontribusi migas dan pertambangan pada APBN 2008 sebesar Rp 365 triliun. Bahkan nilai tersebut lebih besar dari APBN 2008 sendiri yang besarnya hanya Rp 962.5 triliun (sumber: Evaluasi Kinerja Sektor SDM, 2008, Kementerian ESDM).

Bisa dibayangkan jika kekayaan alam Indonesia dikelola sesuai dengan tuntunan syariah. Barang-barang tambang yang depositnya melimpah tersebut akan dikelola oleh negera untuk kepentingan rakyat. Indonesia tentu perlu tergantung pada pajak yang sangat mencekik rakyat atau utang yang cicilan pokok dan bunganya membebani APBN saban tahun. Dengan dana tersebut berbagai infrastruktur khususnya pendidikan, kesehatan, layanan sosial, dapat dikembangkan dan disediakan dengan biaya murah bahkan dalam hal tertentu dapat gratis. Dengan demikian pengembangan sumber daya manusia akan menjadi lebih optimal.

Meski demikian bayangan tersebut tentu tak akan pernah terwujud selama Indonesia masih diatur dengan sistem Kapitalisme. Padahal sistem tersebut tidak hanya kontradiktif dengan ideologi Islam, namun juga terbukti gagal mensejahterahkan rakyat dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sudah saatnya menyatukan hati, pikiran, dan langkah untuk mengganti sistem tersebut dengan mewujudkan sistem Khilafah Islam, sistem pemerintahan Islam yang menjalankan roda pemerintahan termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam berlandaskan Al Quran dan As-sunnah [ ]

Kamis, 21 April 2011

Bukti-Bukti Kesesatan ajaran NII KW IX Alzaytun

Dalam bahasa Al-Qur'an kata sesat atau kesesatan dlolla aw dlolalan: "Katakanlah, aku tidak akan mengikuti hawa nafsu kalian (karena) sungguh telah tersesatlah aku jika demikian, dan aku bukanlah termasuk dari pada orang-orang yang mendapat hidayah." (Q. S. Al-An'am: 56)
"Mereka itulah orang-orang yang telah menukar kesesatan dengan hidayah, maka tiadalah beruntung mereka dan tiadalah mereka menjadi orang-orang yang memperoleh hidayah. " (Q. S. Al-Baqarah: 16)

As-Sunnah membahasakan adl-dlolalah secara lebih tegas dan spesifik, yaitu dalam mengemukakan tentang bid'ah. Sebagaimana bunyi hadits Nabi SAW yang sangat masybur:
"Maka sesungguhnya, sebaik-baik pembicaraan adalah Kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk (bimbingan, tuntunan) adalah petunjuk (sunnah) Muhammad SAW. Dan seburuk-buruk perkara adalah hal yang baru (tidak terdapat Al-Qur'an maupun Sunnah). Dan setiap hal yang baru tersebut adalah (pasti) mengada-ada (bid'ah). Dan setiap yang bid'ah adalah dlolalah dan setiap dlolalah (kesesatan) adalah (berakhir) di dalam neraka. " (H. R. Bukhari, Muslim, dan Nasa'i)

Sepak terjang NII KW IX dalam kurun waktu di bawah kepemimpinan Haji Abdul Karim dan kemudian Haji Muhammad Ra'is dari tahun 1984-5 s/d 1992 maupun di bawah kepemimpinan Abu Toto as-Syaikh AS Panji Gumilang (gelar kebesarannya saat ini) sejak dari tahun 1992 hingga tahun 2001 sekarang telah menimbulkan banyak korban. Secara riil yang lebih banyak dirugikan baik moril maupun materil oleh KW-IX sejak masa Haji Karim sampai Abu Toto adalah ummat Islam pada umumnya, dan secara khusus adalah kalangan NII atau DI (Darul Islam).

Kerugian yang diderita ummat Islam secara moril adalah telah terkontaminasinya pemikiran dan pemahaman mereka tentang Islam, sehingga mereka sama sekali tidak menyadari dan tanpa terasa telah terjerumus pada suatu keyakinan yang menjungkir-balikkan prinsip-prinsip keimanan (aqidah) yang untuk selanjutnya berdampak pada pelecehan terbadap syari'at serta bermuara pada kemerosotan akhlaq.

Suatu tindakan permurtadan sekaligus penindasan dan pemiskinan telah berlangsung terhadap ummat Islam Indonesia yang dilakukan oleh KW IX. Suatu tindak kejahatan politik, sosial dan pelanggaran HAM yang sangat serius yang mungkin belum pernah dilakukan oleh kelompok sempalan manapun yang ada dalam masyarakat dan bangsa Indonesia, seperti Islam Jama'ah (LDII, Lembaga Dakwah Islam Indonesia) misalnya, yang sudah dikenal secara luas sesat dan menyesatkan serta eksploitatif terhadap para anggota jama'ahnya temyata masih belum sekejam KW IX atau NII-nya Abu Toto, gerakan sesat yang mengatasnamakan NII di balik pesantren mewah Al Zaytun. Demikian pula halnya dengan jama'ah Ahmadiyah yang punya konsep wahyu dan kenabian secara tersendiri dan menyimpang, masih belum sekejam KW IX atau NII-nya Abu Toto. Demikian pula aliran-aliran sesat lainnya, mereka masih tidak sekejam KW IX atau Nll-nya Abu Toto.

Penyimpangan Aqidah
Kezhaliman yang paling dahsyat yang dilancarkan oleh KW IX baik pada masa kepemimpinan Haji Abdul Karim, Haji Ra'is maupun kepemimpinan Abu Toto adalah menciptakan syirik. Berdasarkan data-data yang telah tertuang di atas dan beberapa kesaksian dan laporan para mantan peagikut Abu Toto, maka syirik yang diciptakan NII KW IX dalam kurun 1984-5 s/d 2001sekarang adalah menyusun sistematika tauhid secara serampangan, dengan membaginya ke dalam 3 substansi tauhid, yaitu: Tauhid Rububiyah, Tauhid Mulkiyyah dan Tauhid Uluhiyyah tanpa dasar disiplin ilmu sedikit pun.

Pertama, mereka mengumpamakan Tauhid Rububiyah dengan akar kayu, Mulkiyyah adalah batang kayu, Uluhiyyah adalah buahnya. Selain itu mereka juga menafsirkan Rububiyah dengan undang-undang, Mulkiyyah adalah negara, dan Uluhiyah adalah ummatnya.
Tafsiran semacam itu sungguh sangat menyesatkan, karena telah merendahkan, menghina Allah, dan telah menyamakan Allah dengan makhIuk-Nya.
Keyakinan mereka itu tidak sesuai dengan surat An-Naas yang menegaskan bahwa Allah itu Robbin Naas (Pemelihara, Pengatur seluruh manusia), sekaligus sebagai Malikin Naas (Raja atau Pemilik Manusia), Ilahin Naas (Sembahan nanusia).

Kedua, mereka juga meyakini kerasulan dan kenabian itu tidak akan berakhir selama masih ada orang yang menyampaikan da'wah Islam kepada manusia. Kesimpulan mereka, bahwa setiap orang yang menyampaikan da'wah Islam pada hakikatnya adalah Rasul Allah.

Ketiga, menciptakan ajaran dan keyakinan tentang adanya otoritas nubuwwah pada diri dan kelompok mereka dalam menerima, memahami dan menjelaskan serta melaksanakan maupun dalam memperjuangkan AI-Qur'an dan Sunnah Rasul SAW hingga tegaknya syari'ah dan kekhalifahan di muka bumi. Dengan menetapkan doktrin tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah secara serampangan serta sangat menyesatkan antara lain:

1. Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad SAW untuk menata dunia secara baik dan benar menurut yang dikehendaki dan ditetapkan Allah. Dengan demikian AI-Qur'an juga sebagai Undang-undang, Hukum dan Tuntunan yang harus diterima dan dilaksanakan manusia. Namun dalam prakteknya bagaimana mereka mensikapi, memperlakukan ataupun dalam memahami AI-Qur'an maka itu terserah manusia, yakni bebas melakukan ta'wil maupun tafsir baik terhadap ayat yang muhkamat maupun yang mutasyabihat.

2. Sedangkan As-Sunnah adalah perilaku Nabi Muhammad SAW dalam elaksanakan Al-Qur'an yang ternyata mengikuti milah (ajaran) dan tata cara pengabdian Nabi lbrahim Alaihissalam. Selain itu Nabi Muhammad juga diyakini sebagai kader Nabi Isa bin Maryam yang dididik dan dibina oleh kaum Hawariy yang nota bene pengikut setia Nabi Isa Alaihissalam atau hasil transformasi ajaran Nabi Isa Alaihissalam.

Keempat, Menggunakan nama-nama Nabi untuk hierarki kepangkatan (jabatan struktural dan fungsional), sehingga menimbulkan kesan bahwa Nabi yang satu bisa diperintah oleh Nabi lainnya yang berada pada struktur lebih tinggi.

Kelima, Melakukan tipu daya kepada pengikutnya dengan memberikan iming-iming pangkat maupun jabatan serta futuh (kemenangan) terhadap penguasa Rl, dan meyakinkan melalui doktrin bahwa secara diam-diam sekitar 50% dan kekuatan TNI-PoIri (ABRI) telah berpihak kepada NII sehingga pasti menang, yang dalam istilah mereka menunjuk kepada sebuah ayat yang berbunyi: Nashrun minallahi wa fathum qariib.

Penyimpangan Syari'ah

Dalam majalah bulanan Al Zaytun terbitan Ma'had Al Zaytun dinyatakan:
"Kita bersyukur kepada Allah, karena pada tahun 2000 ini, kita dianugerahi 3 kali 'led dalam satu tahun (dua kali 'led al Fithri dan satu kali 'led al Adlha) Sebagai unmat Islam kita harus jeli melihat segala yang telah disyari'atkan oleh Allah. Apa yang telah diperintahkan dan dilarang oleh Allah pasti mengandung hikmah dan manfaat yang besar bagi manusia. Manfaat apa kiranya yang bisa kita ambil dari 'led ini? Paling tidak ada dua aspek manfaat yang bisa ambil dari 'led dalam Islam.

Pertama aspek pribadi (khas): 'led Al Fithri dan 'led Al Adlha meskipun bukan berada pada akhir tahun, namun sudah menjadi kebiasaan dikalangan ummat Islam menjadikan hari ini sebagai hari introspeksi, hari evaluasi atau hari membenahi diri. Maka pada hari ini ummat Islam saling memaafkan, menyambung kembali tali shilaturrahmi, mengingat-ingat kesalahan dimasa lalu kemudian bertobat dan bertekad akan hidup lebih baik dimasa hadapan. Rasa benci dan dendam kepada siapapun luluh pada hari ini yang ada hanya keinginan untuk memaafkan dan saling menyayangi sehingga pada hari 'led semua wajah terlihat cerah dan berseri-seri. Suasana seperti itulah yang seharusnya terjadi setiap saat dikalangan Ummat Islam, suasana yang mendatangkan ketentraman dan kebahagiaan bagi setiap pribadi muslim. Ummat Islam merasa mempunyai kekuatan baru untuk mengarungi kehidupan dimasa hadapan, dengan jiwa yang bersih, seperti bayi yang baru lahir, tanpa dosa dan penuh percaya diri.

Kedua: Aspek Sosial ('Aam). Menjelang 'led al Fithri Allah telah mensyari'atkan zakat fithrah dan menjelang 'led al Adlha Allah telah mensyari'atkan berqurban. Secara individu zakat fithrah dan berqurban adalah sarana pembersihan diri dan pendekatan diri kepada sang Pencipta Allah SWT. Secara sosial zakat fithrah dan berqurban adalah sarana untuk mensejahterakan ummat bahkan pada zaman Nabi Muhammad dana zakat Fithrah dan qurban yang terkumpul telah sanggup menguatkan dan membesarkan Negara Madinah yang dipimpin oleh Rasulullah.

Satu hal yang harus disadari secepatnya oleh ummat Islam hari ini adalah ketidak-mampuannya untuk memanfaatkan sumber dana dan mengolahnya sehingga menjadi kekuatan yang besar untuk memajukan dan mensejahterakan ummat. Padahal Allah dengan syari'at yang telah diturunkan-Nya telah membuka saluran-saluran sumber dana yang bila dikelola dengan baik merupakan sumber kekuatan Islam yang sangat besar. Seperti Infaq, Shadaqah-shadaqah, zakat (fithrah dan maal), Tazkiyah baitiyah, aqiqah, hashilatul kasab, qurban dll."


Masih pada majalah yang sama, dengan tajuk "Memanage 'led Al-Adha Agar Menjadi Kekuatan Yang Besar" mereka menyatakaa hal-hal sebagai beriku:

"Pada kesempatan 'led Al Fithri kali yang pertama di awal Januari tahun 2000, Ma'had AI Zaytun, telah mengawali langkah yang tepat sekaligus berani, untuk mengelola sumber dana dalam Islam, yakni dengan mengaktualkan nilai zakat fithrah, ini dilakukan bukan untuk mencari sensasi, tapi semata-mata untuk meningkatkan kualitas ummat. Zakat fithrah tidak lagi dihargai dengan 3,5 liter beras. Karena dosa setahun sudah tidak wajar lagi dibersihkan dengan 3,5 liter beras, dan sangat ironis jika hanya dengan 3,5 liter beras kita bercita-cita untuk mensejahterakan ummat.

"Alhamdulillah, seluruh civitas Ma'had Al Zaytun menyambut langkah ini dengan antusias, termasuk para santri, dan wali santri pun menyambut dengan baik dan penuh kefahaman. Sehingga pada kesempatan 'led itu, dari santri saja terkumpul dana zakat fithrah hampir mencapai 100 juta rupiah (hanya dari 1235 muzakki, kalau dibuat rata-rata masing-masing santri membayar zakat fithrah, kurang lebih sebesar 75 ribu rupiah) untuk itu kita layak berdo'a: "Taqabbalallahu minna waminkum"

"Pada pertengahan Maret tahun 2000 ini kita bertemu dengan 'led al Adlha, dimana ummat Islam diperintahkan untuk berqurban. Kalau pada 'led Al Fithri kita bisa melakukan suatu harakah yang bermutu, maka pada 'led Al adlha inipun kita harus melakukan hal yang sama, bahkan harus lebih hebat lagi.

"Pada 'led Al Fithri (hari kembali fithrahnya manusia) itu telah mengajak Ummat untuk berzakat fithrah dengan harakat ramadlan-nya. Maka pada 'led Al Adlha (hari berqurbannya manusia) tata mengajak ummat untuk berqurban, mengurbankan sesuatu yang dicintainya dan mendekatkan diri kepada Allah. "

Sehubungan dengan Pengertian Berqurban, masih pada majalah yang sama, kita bisa merasakan adanya penyimpangan tentang hal ini:

"Menurut bahasa (lughawi) Kata qurban berasal dari kata qorroba yang berarti "dekat", sedangkan dalam kamus AI-Munjid hal 617 kata qurban diartikan sebagai berikut : "apa-apa yang bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyembelih atau dengan yang lainnya."

"Jadi, namanya berqurban itu tidak selamanya dengan menyembelih hewan, menyembelih hewan hanyalah sekedar lambang dari pengorbanan.

"Kalau kita lihat sejarah, dari sejak nabi Adam a.s. Qurban dilambangkan dengan bentuk yang berbeda-beda. Nabi Adam a.s. telah memerintahkan berqurban pada para putranya (Qabil dan Habil), kemudian Qabil dan Habil melaksanakan perintah ayahnya itu dalam bentuk: ternak dan hasil sawah ladang.

"Allah SWT telah memerintahkan berqurban kepada Nabi lbrahim a.s., kemudian nabi lbrahim a.s. melaksanakan pengorbanannya dalam bentuk penyembelihan terhadap puteranya (Isma'il, yang kemudian Allah menggantinya dengan seekor qibas) Sedangkan Muhammad Rasulullah SAW melambangkan Qurban dengan menyembelih ternak. Ini membuktikan bahwa berqurban Untuk tidak harus dengan menyembelih hewan, Hakekat pengorbanan adalah mengurbankan apa-apa yang paling dicintainya untuk kepentingan (masyarakat) Islam. Maka selain dengan menyembelih hewan, berqurban itu juga bisa dengan dilaksanakan dakan bentuk yang lain. "

"Manfaat zakat dan qurban ditinjau dari aspek sosial adalah untuk memberi makan fakir dan miskin. Memberi makan dalam arti luas adalah bukan hanya memberi makan pada jasmani (perut) tetapi termasuk juga di dalamnya memberi makan kepada rohani (akal dan bashirah). Makaman otak manusia, bukanlah daging kambing, tapi makanan otak manusia adalah ilmu.

"Ilmu secara formal bisa didapat lewat pendidikan, maka jika qurban dikeluarkan dalam bentuk uang (misalnya) dan uang yang terkumpul digunakan untuk membangun sarana pendidikan, gedung pembelajaran, asrama, masjid perpustakaan, laboratorium dan kelengkapan lain yang menunjang pendidikan, itu berarti qurban yang kita keluarkan akan lebih abadi (pahala/manfaatnya) bagi Islam dan ummatnya.

"Dengan pendidikan kita bisa mendapatkan generasi Islam yang berotak jernih (brilian) dan sekaligus memiliki bashiroh yang tajam. Dengan cara ini qurban jadi lebih, aktual, efektif dan efisien...

Kemudian pada akhir tulisan, dinyatakan sebagai berikut:
"Pada hari ini Allah dan Rasul-Nya telah menyeru kita untuk berqurban, maka penuhilah seruan tersebut, karena qurban itu bisa menghidupkan individu Islam, masyarakat Islam, bahkan dengan berqurban kita bisa menghidupkan kembali dunia Islam. Inilah arti berqurban secara luas (arti yang sebenarnya) bukan arti secara sempit, yang hanya mengandalakan berkorban dengan menyembelih hewan saja, hanya berorientasi kepada kebutuhan jasmani (perut) saja. Inilah paradigma berqurban yang optimis dan berwawasan masa depan, bukan pandangan berkorban secara sempit yang hanya memikirkan gegembiraan fakir miskin di hari raya saja, tetapi pandangan jauh ke depan memikirkan nasib ummat seratus bahkan seribu tahun yang akan datang."

Sikap dan pandangan serta praktek zakat fithrah yang menyimpang sebagaimana diatas yang diterapkan pada para santri Al-Zaytun, toh tetap berjalan dan bahkan malah semakin parah pada Ramadlan tahun ini. Sebagaimana yang dilansir media intern mereka antara lain:

"Sumber dana lain yang bakal dipergunakan untuk pengembangan pesantren antara lain zakat fithrah. Zakat yang lazim ditunaikan ummat Islam menjelang 'ledul Fithri. Selain itu, pimpinan Ma'had Al-Zaytun sempat mengumumkan kepada 3200 santri tentang jumlah pembayar zakat fithrah terbesaryang dilakukan seorang santri dari Nusa Tenggara Jimur sebesar Rp. I juta, pembayar zakat fithrah terbesar kedua diraih oleh santri asal Gorontalo senilai Rp 500 ribu, demikianj uga diumumkan
pembayar zakat fithrah terkecill sebesar Rp 10 ribu ".

Pemerasan seperti itu, menurut pemberitaan media Al Zaytun sendiri malah dianggap sebagai keberhasilan yang fantastis dari gerakan Ramadlan, karena mampu menghasilkan pemasukan uang sebanyak 5 miliar rupiah lebih.

Eksploitasi (pemerasan) maupun eksplorasi (penggalian dana) dan program pemiskiinan ummat Islam (korban jeratan rekruitmen) dengan mengatas-namakan Zakat, Tazkiyah Baitiyah, Shadaqah Tathawwu', Infaq Sabilillah, Khijanah tajwidiyah, Qiradl, Shadaqah (Ja-uka dan isti'dzan, Nikah, tahkim, Musyahadah dan Tartib) maupun Kaffarat dan lain sebagainya telah mencerminkan adanya motif penipuan yang sangat merugikan dan meresahkan umat serta merusak kesuciluhuran ajaran Islam. Motif politik yang bisa di prediksi adalah untuk membuat phoby dan trauma terhadap ummat Islam, yang pada dasarnya suatu saat nanti perjalanan da'wah dan politik ummat kearah persiapan menuju strukturalisasi Islam, di pastikan sangat banyak membutuhkan partisipasi aktif secara ekonomi dan lahir bathin dari ummat Islam.

Pengorabanan para koraban KW IX Abu Toto Abdus Salam PANJI GUMILANG melalui program dan qoror-qorornya, sangat luar biasa. Habis-habisan secara lahir dan bathin. Rumah, harta benda, perniagaan, pekerjaan, intelektualitas diserahkan total kepada lembaga kejama'ahan NII. Dan yang tersisa hanyalah tinggal kemiskinan dan kebodohan serta kebingungan.

Diantara para korban, ada terkena jerat program Qiradl dan lddikhor (tabungan), sampai sebanyak 250 gram emas, bahkan salah seorang pejabat Bank Indonesia (sekarang mantan) sampai rela menyerahkan 2,5 kg emas. Dan dua orang putranyapun, sempat pula menjadi perampok, yang untuk itu mereka harus merelakan tulang iganya putus lantaran demi untuk menyelamatkan diri dari kejaran masa, hanya kareana mengejar target setoran yang harus di bayarkan kepada jama'ah negara.

Berbagai Istilah Pemerasan
Berikut ini adalah berbagai upaya pemersan yAng dibungkus melalui berbagai istilah yang islami, seperti shodaqoh musyadahad, harakat Ramadlan dan sebagainya.

Kalkulasi di bawah ini dibuat berdasarkan perkiraan minimal, dengan batasan waktu antara tahun 1993 s/d tahun 2000, dengan asumsi jumlah anggota (korban) mereka sekitar 60.000 orang. Meskipun demikian, banyak keterangan dari mantan NII KW IX yang menyatakan bahwa jumlah anggotanya sekarang lebih dari 100.000 orang. Namun karena terjadi proses keluar atau masuk, maka angka patokan yang di gunakan adalah 6.000 orang.

1. Shadaqah Musyahadah (Shadaqah yang diabil disaat melaksanakan bai'at untuk pembersiban jiwa): Rp 1.000.000,- x 60.000 = Rp. 60.OOO.OOO.OOO.
2. Harakat Ramadhan (Nama atau istilah lain dari zakat fitrah): Rp. 50.000,- x 60.000 x 6 = Rp 18.000.000.000.
3. Tazkiyah Ramadlan Baitiyah (Zakat mal yang dikeluarkan dengan ketentuan 2,5 % dari seluruh harta yang di miliki tanpa melihat jenis maupun perhitungan nisab): Rata-rata Rp. 250.000,-x 30.000 x 5 = Rp. 375.000.000.000.
4. Harakat Qiradl (Pinjaman wajib oleh Negara kepada warga negara berbentuk emas): Rata rata 100 gr: Rp 5.000.000,- x 60.000 = Rp. 300.000.000.000
5. Nafadah Daulah (Infaq sebagai bentuk kecintaan warga kepada NII):
Rata-rata Rp 50.000,- x 60.000 x 12 x 6 =Rp 216.200.000.000
6. Harakat Iddikhor: Rp 10.000,- x 60.000 x l2 x 6 = Rp 43.200.000.000
7. Shadaqoh Tartib (Shadaqah yang harus di berikan kepada Negara ketika dilaksanakan pelantikan jabatan atas warga, makin tinggi jabatan makin besar shadaqahnya): Rp 1.000.000 x 5000 x 6 = Rp 30.000.000.000
8. Harakat Qurban (Nama atau istilah lain dari wajib qurban pada 'Iedul Adha):
Rp. 200.000,- x 60.000 x 6 = Rp 72.000.000.000
9. Shadaqoh Munakahat (shadaqah yang harus di berikan kepada Negara Atas kesaksian dan pelaksanaan pernikahan yang di selelenggarakan oleh Negara): Rp.2.000.000,- x 1000 x 6 = Rp 12.000.000.000
10. 1nfaq Tarbiyah / Shadaqah Khas (Shadaqah yang dikhususkan untuk pembelian tanah waqaf): Rp. 2.000.000,- x 60.000 = Rp 120.000.000.000
11. Shadaqah Ja-uka (Shadaqah wajib untuk pengajuan surat istighfar atau shadaqah 58:12): Rp 30.000,- x 60.000 x 6 = Rp 10.800.000.000
12. Shadaqah isti'dzan (Shadaqah untuk pengajuan keluar dadi teritori KW IX, dalam rangka pergi mudik ataupun keperluan lain/dagang): Rp 30.000 x 60.000 x 6 = Rp 10.800.000.000
13. Shadaqah Kaffarat(Shadaqah yang diambil karena kesalahan atau kelalaian aparat): Rp 100.000,- x 60.000 x 6 = Rp 36.000.000.000
14. Shadaqah Tahkim (Shadaqah yang diambil untuk keperluan sidang): Rp.100.000,- x 2000 x 6 = Rp 1200.000.000
15. Shadaqah Masjid Rahmatan lil 'alamin: Rp. 1.000.000 x 60.000 = Rp 60. 000. 000. 000
16. Lain lain: Rp. l 00.000,- x 60.000 x 6 = Rp 36.000.000.000
Total = Rp 1.401.200.000.000 (Satu Trilyun Empat Ratus Satu Milyar Dua Ratus Juta Rupiah)

Setidaknya sejumlah itulah dana pemerasan terhadap ummat yang dilakukan oleh mereka, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk bangunan mewah Ma'had Al Zaytun, yang konon biayanya menelan angka sampai hitungan sekitar 4 trilyun rupiah. Dan keseluruhan dana yang dibutuhkan, mungkin diperoleh berupa sumbangan dari berbagai negara, para konglomerat dan mungkin dari keluarga Cendana maupun pejabat masa ORBA.

Menurut penuturan salah seorang mantan pengikut Abu TOTO yang sempat dipercayakan memegang posisi Majelis Hai'ah (semacam departemen keuangan), Pak Andreas (Ismail Subardja), dana abadi yang berhasil dikumpulkan oleh KW IX hingga akhir tahun 1996 saja sudah mencapai 40 miliar rupiah. Seluruh dana yang ada di KW IX dimasukkan kedalam rekening Bank ClC atas nama Abu Ma'ariq alias Abu TOTO Abdus Salam (AS Panji Gumilang) dan keluarganya.

Sebagian dari jumlah tersebut, ada yang dialokasikan untuk Mukafaah lhsanul Mas'ul (semacam gaji) bulanan bagi para Mas'ul, dari yang terendah (tingkat Musa) hingga Adah Djaelani yang diposisikan sebagai penasehat. Gaji itu nantinya pasti akan dipotong lagi secara langsung untuk infaq bulanan, yang besarnya berlainan.
Sebagai contoh, seorang Mas'ul tingkat daerah digaji sebesar Rp. 800.000,- (delapan ratus ribu rupiah), namun setelah dipotong ini dan itu untuk Nafaqah Daulah (Madinah), Harakat Ramadlan, Harakat Qurban dan lddikhor, yang tersisa tinnggal Rp 200.000,- ltupun tidak seluruhnya dalam bentuk uang, karena sebagian darinya dalam bentuk beras 20 kg, gula pasir 2 kg, minyak goreng 2 kg yang harus dibeli dari koperasi intern Khijanah Tajwidiyah, dengan nilai sekitar Rp 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah). Berarti uang tunai yang bisa dibawa pulang hanya sekitar Rp 120.000,- (seratus dua puluh ribu rupiah) saja.
Untuk para pekerja kasar Al Zaytun yang jumlahnya mencapai 1.000 (seribu orang) pekerja, masing-masing diberi gaji Rp 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) setiap bulannya, namun setelah dipotong infaq, hutang dan tabungan, yang tersisa tuiggal Rp 50.000,- (lima puluh ribu rpiah).
Dan yang perlu diketahui, menurut sumber yang layak dipercaya dari kalangan Abu TOTO (yang memiliki posisi strategis, satu level dengan Raqib Daerah yang sekarang sudah mulai sadar dan merencanakan serangan balik yang mematikan kepada Abu TOTO), pada saat ini jumlah muqallid (melalui proses rekruitmen) yang masih setia kepada Abu TOTO dengan NII yang sudah terintegrasi atas hibah Imamah dari Adah Djaelani, sekarang ini sekitsr 100 ribu orang.
Kekejaman NIl KW IX Abu TOTO terhadap pengikutnya sendiri, adalah apa yang sebenarnya ia ketahui tentang para pengikutnya yang dapat dipastikan akan keluar dan berhenti setelah mereka tak mampu memenuhi kewajiban dan tanggungjawab yang ia bebankan, ataupun karena mereka sadar dengan sendirinya. Terhadap semuanya itu Abu TOTO sama sekali tak peduli. Karena Abu TOTO punya keyakinan dan perhitungan: Yang belum tahu dan tidak sadar serta bisa dijadikan sasaran dakwah sesat NII masih sangat banyak, selain itu peluang dan kesempatan untuk melakukannya masih sangat luas dan mudah.
P e n u t u p
Berbagai tindak kejahatan dan penodaan terhadap agama (Islam) sering kali terjadi. Sayangnya belum pemah sekalipun kaum Muslimin secara tuntas mengatasi hal ini. Tanggung jawab dan kewajiban setiap hamba Allah yang mu'min dan muslim adalah melestarikan Islam dengan berpedoman kepada AI-Qur'an dan Sunnah Rasul SAW termasuk sunnah Khulafa ar Rasyidin, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

"Diwajibkan atas kalian melaksanakan sunnahku dan sunnah Khulafa ar Rasyidin, gigit erat-erat dengan gigi gerahammu. " (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

"Tiada Nabi yang diutus sebelumku melainkan mempunyai hawariy yang memegangi benar terhadap tuntunan ajarannya, kemudian timbullah pengganti yang sesudahnya suatu generasi yang berbicara tentang suatu yang tidak mereka kerjakan dan mereka melakukan apa yang tidak diperintahkan. Maka barang siapa yang berjihad dengan tangannya mereka adalah mu'min, dan barang siapa yang berjihad dengan lisannya mereka mu'min dan barang siapa yang berjihad dengan hatinya mereka mu'min, sedang selain dari yang demikian itu adalah tidak ada lagi keimanan yang tersisa dalam hatinya, walaupun seberat biji sawi." (HR Muslim, bersumber dan lbn Mas'ud).

Oleh karenanya, marilah kita semua belajar dari sejarah, baik sejarah pembangunan Daulah dan peradaban Islam, maupun sejarah para Sahabat dalam mempertahankan berlakunya syari'at dan tegaknya Daulah Islam. Karena dengan melihat dan merujuk kepada sejarah tersebut yang telah mendapat pujian serta hidayah dari Allah insya Allah kita bisa mengambil contoh keteladanan yang tepat.

Sumber.
http://www.nii-crisis-center.com/home/

Selasa, 19 April 2011

Bersabar

Sabar merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sabar memiliki ikatan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan. Ikatan antara sabar dengan iman bagaikan kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran; sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.
Makna Sabar
Asal kata sabar adalah “Shobaro”, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi “Shabran”. Secara bahasa mempunyai pengertian menahan atas segala beban yang ada.
Adapun secara istilah, memiliki cakupan atas 3 pembahasan[1],yaitu:
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
Salah satu contohnya adalah dalam beribadah dapat di-implementasikan dengan bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah, dengan menghadirkan hati untuk tidak bersikap ‘ujub, riya atau pun cari popularitas lainnya. Karena keikhlasan dalam beribadah merupakan syarat mutlak untuk diterimanya semua amalan yang kita lakukan, dan kelak pahalanya seseorang yang mampu dan selalu bersabar di dalam menjaga ketaatannya adalah setara dengan 600 derajat di hadapan Allah SWT.
2. Sabar dalam usaha untuk menjauhi maksiyat.
Sabar sesungguhnya mempunyai dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar dapat dibuktikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah.
Selain daripada itu, berusaha menjauhi maksiyat berarti selalu berupaya menjaga dalam setiap aktivitas seperti harus menjaga lidah kita dari perbuatan ghibah, ataupun mencela orang lain. Derajat kemulyaan seseorang yang mampu berbuat sabar, kelak Allah lipatkan sebanyak 900 derajat, dan ini derajat tertinggi di antara kesabaran dalam menjalankan ketaatan ataupun sabar ketika sedang di uji oleh Allah SWT.
3. Sabar di saat sedang dalam menghadapi musibah.
Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan yang lebih baik. Seseorang dapat dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Seseorang yang selalu bersabar di saat tengah di timpa musibah, akan mendapatkan sebanyak 300 derajat kemulyaan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits di terangkan bahwa:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia akan menimpakan bencana baginya. (HR.Bukhori).
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.” Wanita tersebut menjawab: Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku. Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada rasulullah SAW,(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai rasulullah SAW. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.” (HR. Bukhari Muslim)
.
Dari Suhaib ra, bahwa rasulullah SAW bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ, إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ
إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ, وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صََبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya, dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin: yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Muslim)
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur’an dan sunnah. Sehingga sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, untuk berjuang dan lain sebagainya. Karena, seseorang bisa di katakan sabar apabila dalam kehidupannya dia tidak selalu merasa menyesal, dalam hidupnya dia selalu memandang ke arah kemajuan(positive thinking), karena seseorang yang di limpahkan keimanan akan selalu meyakini janji Allah untuk selalu bersabar, sebagaimana janji-Nya dalam akhir surat Az-Zumar ayat 10:
…………….إِنَّمَا يُوَفَّى الصّبِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حَسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
Dalam surat lain, Allah dengan indah menggambarkan bahwasanya orang-orang yang kelak mendapatkan keberkatan yang sempurna yaitu mereka yang masuk ke dalam kategori ayat ini:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْئٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصّبِرِيْنَ . اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ, قاَلُوْا إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Raaji’uun”[2].
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur’an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi’ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT. Para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur’an menjadi beberapa macam:
1. Sabar merupakan perintah Allah SWT.
Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-baqarah ayat 153:
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلوَةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
2. Larangan Isti’jal (tergesa-gesa/tidak sabar).
Sebagaimana dalam surat Al-Ahqaf ayat 35:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُوْلُوا اْلعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلاَ تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…..”.
3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar.
Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Baqarah akhir ayat 177:
وَالصَّبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ أُوْلَئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا
وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
“…Dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”
4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar.
Dalam surat Ali Imran ayat 146 Allah SWT berfirman :
وَاللهُ يُحِبُّ الصَّبِرِيْنَ
“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar.
Di jelaskan dalam surat al-anfaal ayat 46:
وَاصْبِرُوْا إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ
“Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar.”
6. Mendapatkan pahala surga dari Allah.
Allah mengatakan dalam al-Qur’an surat Ar-Ra’du ayat 24:
سَلاَمٌ عَلَيْكُمْ بِمَاصَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“(Sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shabartum“[3] Maka Alangkah baiknya tempat kesudahan itu.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits tersebut menggambarkan kesabaran merupakan “dhiya’ “ (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW dalam haditsnya menerangkan:
وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ
“…Dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…” (HR. Muslim)
Kiat-Kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti’jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi sejak dini. Karena hal ini memiliki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang manusia.
Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, dan enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran, diantaranya:
1. Mengikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran.
2. Memperbanyak tilawah (baca: membaca) al-Qur’an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur’an merupakan obat bagi hati manusia.
3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan manusia untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, ataupun kikir(pelit).
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu kita untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti’jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat “amalan” seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya.
Dalam surat At-Taubah ayat 105:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ(
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu,…”.
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah daripada menyaksikan televisi. Dan kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah.
7. Membaca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi’in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar merupakan salah satu sifat dan karakter orang mu’min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap manusia. Karena pada dasarnya kita memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya. Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.
Sholli ‘Ala Muhammad Wa Aalihi
Ibnu Dahlan El-Madary
sumber
http://tanbihun.com/

Selasa, 12 April 2011

Pembangunan 4 Lokal Klas Ponpes " Darut thoyyibah "


Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”

Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”

Untuk mememerangi kebodohan serta memberirkan pelayanan pendidikan yang bermutu tentunya dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Pada mingu pertama bulan april 2011, di Pondok Pesantren Terpadu “ Darut Thoyyibah “ telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan 4 lokal ruang klas baru. Ruang klas baru ini nantinya akan digunakan untuk proses pembelajaran bagi siswa SMP IT Logaritma. Pembangunan ini direncanakan menghabiskan dana sekitar Rp 450.000.000,00.

Ini tentunya sebuah ladang amal , bagi yang ingin beramal Jariaah bisa menghubungi Kantor LSU Bina Insani, Ponpes Darut Thoyyibah, SD IT Logartma atau mentransfer langsung ke rekening LSU Binan Insani
Rekening Donasi:
BNI Syariah Kebumen
No. 0106822568 a.n Sri Sukarti, S. Pd

Realisasi Program 1000 Kotak Infaq

Alhamdulillah, program 1000 kotak infaq yang dicanangkan LSU Bina Insani mendapat sambutan dari masyarakat. Pada hari senin 11 April 2011 pesanan 150 kotak infaq telah diantar kekantor LSU Bina Insani sehingga sampai saat ini kotak yang telah dimiliki menjadi 250 kotak infaq. Pembuatan kotak Infaq tersebut diambilkan dari donator yang telah memberikan dananya untuk pengadaan kotak infaq. Sampai saat ini biaya pengadaan kotak infaq sudah menghabiskan Rp 11,875,000.00,- dengan rincian Rp 11,250,000.00 untuk pengadaan 250 kotak infaq dan Rp 625,000.00 untuk pengadaan 250 gembok.

Kami atas nama segenap pengurus LSU Bina Insani mengucapkan banyak terimakasih bagi telah menyumbangkan dananya bagi program pengadaan 1000 kotak infak .
Kami masih sangat berharap donatur dari sahabat dan bapak/ibu sekalian demi terwujudnya program 1000 kotak infaq, sebagai salah satu upaya melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Bersama Yayasan Bina Insani Membangun Kembali Peradaban Islam

Oleh: Bambang Purwanto
I.Pendahuluan.
Dakwah merupakan upaya (proses) mewujudkan tatanan kehidupan yang Islami, memfungsikan Al-Qur’an dalam kehidupan secara optimal, atau dengan menafsir surat Al-An’am ayat 153, dakwah itu adalah menciptakan kehidupan (al-hayat) fi dhilalil Qur’an. Tak satu sudutpun dari kehidupan manusia Muslim lepas dari kontrol Qur’an, pengawasan Allah SWT. Dengan demikian besaran dakwah ialah sebuah proses menebarkan seluruh isi Al-Qur’an kepada manusia (dan alam semesta) dalam konteks mengantarkan manusia kepada tatanan hidup dan kehidupan yang Qur’ani.
Dengan memahami dakwah sebagaimana dimuka maka dakwah bukan hanya ajakan untuk membersihkan jiwa dan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan semata. Andaikan dakwah Rasulullah saw. dahulu hanya sekadar mengajarkan pembersihan jiwa kepada kaum Quraisy, atau mengajarkan praktik ibadah formal, niscaya tidak akan ditentang oleh Abu Lahab, Abu Jahal, dan sekutu-sekutunya. Namun, karena dakwah yang dibawa Nabi saw. itu mengandung makna perombakan tatanan, penghancuran ideologi jahiliyah, dan membangun sistem baru, kafir Quraisy akhirnya mati-matian menghadang dakwah itu. Mereka bisa menangkap bahwa dakwah baru ini mengancam eksistensi ideologi mereka yang sudah ratusan tahun,mengancam sistem kekuasaan yang sudah mapan, dan mengancam sisi-sisi lainnya. Itulah yang mengakibatkan reaksi yang sangat kuat dari pihak Quraisy. Perlu disadari bahwa hal ini tidak hanya berlaku untuk seorang Nabi Muhammad saw. saja, tetapi juga dipastikan berlaku bagi setiap orang yang mengikuti jejaknya.
Penamaan din sebagai Islam dan sebaliknya penamaan Islam sebagai din yang begitu teliti turut membawa pengaruh kepada konsep din yang biasanya diartikan secara sempit sebagai institusi agama. Sejarah membuktikan bahwa bagi agama-agama selain Islam, dan khususnya dalam sejarah peradaban Barat, din itu tetap menduduki ruang sempit pada salah satu aspek dalam kehidupan manusia, tanpa harus mempengaruhi aspek kehidupan yang lain. Maka terjadilah pemisahan yang kentara antara ruang agama dan ruang publik, antara gereja dan politik, antara kehidupan spiritual dan sekular, antara kota Tuhan dan kota dunia dan seterusnya.
Berbeda dengan Islam, Nabi Muhammad saw. yang membawa Din Al-Islam adalah seorang yang berhasil mengharmonikan antara kehidupan beragama dan bernegara. Apabila beliau berhijrah dari Mekah ke kota yang bernama Yatsrib pada tahun 622, kota ini kemudian bertukar nama menjadi Madinah.
Madinah dari segi bahasa adalah kota atau city, tetapi madinah juga adalah tempat yang subur bagi melaksanakan din itu sendiri. Disinilah kaitan antara din dan madinah, yang juga mempunyai akar kata yang sama; dal, alif, dan nun.
Yayasan Bina Insani adalah sebuah lembaga nirlaba yang berjuang untuk membangun kembali peradaban Islam. Ini dapat dilihat dari visi lembaga tersebut yaitu terwujudnya masyarakat madaniah di bawah naungan ridha Allah. Dengan visi tersebut Bina Insani berusaha mewujudkannya melalui pelaksanaan misi, program, dan aksinya. Dalam tulisan ini akan dibahas usaha pembangunan kembali peradaban Islam oleh Yayasan Bina Insani. Apa pengertian peradaban Islam? Apa saja landasannya? Sejauhmana urgensi kelompok seide dalam mewujudkan peradaban tersebut? Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk membangun Peradaban Islam. Beberapa pertanyaan tersebut akan dijawab dalam uraian berikut.
II. Pengertian Peradaban Islam
Untuk dapat memahami pengertian peradaban Islam dapat merujuk pada beberapa pendapat dari para ahli. Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi bahwa peradaban Islam adalah peradaban yang lahir dan tumbuh berdasarkan pada wahyu yang memproyeksikan sebuah pandangan hidup yang sempurna, yang dipahami, ditafsiri, dijelaskan, dan dipraktikkan sehingga membentuk tradisi intelektual dimana ilmu pengetahuan religius dan rasional diintegrasikan dalam bangunan ilmu yang mengandung nilai-nilai dan konsep-konsep yang berguna bagi pembentukan kehidupan yang aman, tenteram, dan damai.
Pendapat lain dari Kuntowijoyo bahwa peradaban Islam yang disebutnya sebagai peradaban tauhid adalah peradaban yang bersandar pada ketentuan-ketentuan Allah untuk hal-hal yang primer menyangkut soal akidah, ibadah, syariat, dan akhlak. Selebihnya, ada kebebasan penuh bagi kreativitas manusia untuk hal-hal yang sifatnya sekunder, seperti urusan teknis, struktural politik, dan masalah kebudayaan. Soal kebudayaan, batasnya ialah akhlak al-karimah.
Menurut Cahyadi Takariawan peradaban Islam disebutnya sebagai peradaban makrifat. Pengertiannya adalah peradaban orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan pemahaman yang benar dari sumber yang benar. Peradaban orang-orang yang mengenal Allah (ma’rifatullah) dan mengenal Rasulullah (ma’rifaturrasul). Sebuah peradaban dari masyarakat beriman, yang menjadikan keimanan sebagai landasan hidup sehari-hari.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian peradaban Islam dimuka maka dapat disimpulkan bahwa peradaban Islam adalah sebuah peradaban yang bersumber dari wahyu Allah. Untuk lebih jelasnya maka dapat dibandingkan misalnya dengan pengertian peradaban Barat. Menurut Naquib al-Attas bahwa peradaban Barat adalah peradaban yang dibangun atas unsur-unsur budaya, filsafat, dan nilai-nilai Yunani dan Romawi kuno, Judaisme, Kristen, dan tradisi sejumlah bangsa Eropa. Masih menurut Naquib al-Attas bahwa peradaban Barat adalah sebuah peradaban yang memiliki sifat-sifat asasi :
1. Berdasarkan falsafah dan bukan agama
2. Falsafah yang menjelmakan sifatnya sebgai humanisme, mengikrarkan faham penduaan (dualisme) yang mutlak dan bukan kesatuan sebagai nilai serta kebenaran hakikat semesta,dan
3. Kebudayaan Barat juga berdasarkan pandangan hidup yang tragik. Yakni, mereka menerima pengalaman ‘kesengsaraan hidup’ sebagai suatu kepercayaan yang mutlak yang mempengaruhi peranan manusia dalam dunia.
Dengan memahami hakikat peradaban Barat yang tidak berdasarkan agama dan hanya berdasarkan spekulasi semacam itu, al-Attas sampai pada kesimpulan bahwa problem terberat yang dihadapi manusia dewasa ini adalah hegemoni dan dominasi keilmuan Barat yang mengarah pada kehancuran umat manusia. Satu fenomena yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Dari sini pula dapat dipahami mengapa menurut al-Attas antara peradaban Barat dan peradaban Islam yang terjadi adalah satu kondisi yang disebut “permanent confrontation” (konfrontasi permanen).
III. Landasan Peradaban Islam
Jika mengacu pada pendapat Cahyadi Takariawan bahwa peradaban Islam itu berlandaskan pada ma’rifatullah dan ma’rifatur rasul. Landasan pertama disebutnya sebagai landasan esensial dan landasan kedua disebut dengan landasan operasional. Dalam kaitan ini amat penting direnungkan pendapat Abul Hasan Ali An-Nadwi bahwa dunia akan rusak dilanda kebobrokan moral dan kebiadaban, ketika umat Islam mengalami kemunduran. Dan tidak ada sebab-sebab yang lebih utama dari kemunduran umat Islam itu selain dari tidak tertanamnya jiwa tauhid dalam diri seorang muslim. Tidak dipahaminya La ilaha illallah dengan benar; inilah yang membuat kaum muslimin hilang kewibawaannya.
Sesungguhnya makrifat merupakan tangga pertama keimanan. Di atas makrifat itu justru harus ditegakkan syariat. Makrifat adalah pengetahuan, pengenalan, dan pemahaman. Dia merupakan kunci untuk bisa mengimani Allah secara benar dan sempurna. Dengan demikian, makrifat bukan lawan dari syariat, sebagaimana dipersepsikan oleh sebagian masyarakat kita.
Manusia sebagai makhluk tidak dapat mengenal Allah secara langsung, namun bisa mengenal melalui apa-apa yang Allah sampaikan kepada manusia, baik berupa hasil perbuatan Allah (af’al)-Nya yang disebut ayat kauniyah maupun hasil dari penuturan-Nya yang dikenal sebagai ayat qauliyah. Ayat-ayat kauniyah berupa alam semesta dengan segala macam isi dan fenomenanya adalah bentuk pewartaan keberadaan Allah.
Keyakinan akan keesaan Allah sering disebut sebagai tauhid. Ulama membagi tauhidullah menjadi tiga pembahasan, yakni tauhid rububiyah, tauhid asma’ wa sifat, dan tauhid uluhiyah. Pembagian ini mencerminkan af’al (perbuatan) dan sifat Allah. Af’al dalam hal rububiyah (rububiyatullah) yang didalamnya terkandung pengertian tentang sifat kekuasaan Allah sebagai malik (mulkiyatullah) dan keyakinan akan kekuasaan Allah sebagai ilah (uluhiyatullah).
Kata rububiyah berasal dari akar rabb, yaitu Dzat yang menghidupkan, mematikan, menciptakan, memberi rizki, mengolah, mengatuir, dan menguasai alam semesta. Tauhid rububiyah menunjukkan sebuah keyakinan terhadap keesaan Allah, bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang melakukan perbatan (af’al) tersebut.
Fenomena kealaman secara keseluruhan menjelaskan tentang hakikat rububiyah. Fenomena mekarnya bunga, tanaman yang hidup, tumbuh, membesar, berbunga, dan berbuah; memancarnya air dari dalam tanah, mengalir melalui sungai-sungai, menyatu di lautan, menguap, menjadi awan dan turun lagi ke tanah setelah ditiup angin, adalah fenomena rububiyah.
Namun, keyakinan ini tidak cukup hingga di sini, sebab hakikatnya, orang-orang musyrik jahiliah juga meyakini rububiyatullah ini sebagai keyakinan turun-temurun sejak dulu. Seperti yang dicatat dalam beberapa ayat al-Qur’an antara lain dalam : Surat Yunus ayat 31, Surat Luqman ayat 25, Surat Al-Ankabut ayat 63, dan Surat Al-Mu’minun ayat 84-87.
Demikianlah, orang musyrik itu memiliki keyakinan rububiyatullah. Karenanya, untuk menjadi seorang mukmin harus dilanjutkan pada keyakinan mulkiyatullah.
Kata mulkiyah berasal dari akar mulk. Dari akar kata itu pula terbentuk kata malik. Tauhid mulkiyah berarti sebuah keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang menguasai alam semesta ini, dengan penuh hak penetapan peraturan atas kehidupan. Tidak ada sekutu dalam kekuasaan Allah di alam semesta ini.
Dengan sifat rububiyah-Nya, Allah berhak menentukan apa saja untuk makhluknya. Sebagai malik (Yang Memiliki), Allah adalah raja atau penguasa. Raja menjadi berfungsi sebagai penguasa manakala ia adalah pemimpin yang dipatuhi. Allah menjelaskan sifat-Nya sebagai pemimpin (Al-Waliy) absolut alam semesta, sebagaimana antara lain terungkap dalam Surat al-Isra ayat 111.
Pemimpin dikatakan baru bertindak sebagai pemimpin jika aturan yang dibuatnya dipatuhi dan diamalkan. Allah adalah Al-Hakim (yang menentukan aturan hidup manusia), seperti dinyatakan dalam Surat Al-An’am ayat 57.
Kalau setiap orang telah paham dan beriman tentang sifat Allah sebagai Al-Waliy (pemimpin) dan Al-Hakim (pembuat peraturan), maka setiap apapun yang dilakukan oleh hamba harus diselesaikan dengan kehendak dan aturan-Nya. Oleh karenanya, Allah harus menjadi tujuan kehidupan, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-An’am ayat 162-163.
Demikianlah keyakinan mulkiyatullah ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah. Sebagai bukti pengakuan oramng mukmin bahwa Allah adalah Tuhan dan Malik, maka ia akan tunduk dan sujud kepada Allah dalam seluruh dimensi kehidupannya. Allah satu-satunya yang ia sembah, ia cintai, ia ikuti seluruh perintah-Nya, dan ia tinggalkan seluruh larangan-Nya. Inilah ujung dari tauhid rububiyah dan tauhid mulkiyah, yakni tauhid uluhiyah.
Uluhiyah atau ilahiyah berasal dari kata ilah. Dalam bahasa Arab, kata ilah memiliki akar kata a-la-ha yang memiliki arti antara lain: tyenteram, tenang, lindungan, cinta, dan sembah. Semua makna ini sesuai dengan sifat-sifat dan kekhususan Dzat Allah. Seperti yang dimuat antara lain dalam Surat Ar-Ra’d ayat 28.
Di antara makna ilah yang paling asasi adalah makna ‘abada yang mempunyai beberapa arti, antara lain hamba sahaya (‘abdun, patuh, dan tunduk (‘ibadah), yang mulia dan agung (al-ma’bud) , serta selalu mengikutinya (‘abada bihi). Jika arti kata-kata ini diurutkan, maka akan menjadi susunan pengertian yang sangat logis, yakni jika seseorang memperhambakan diri terhadap sesuatu, maka ia akan mengikuti, memuliakan, mengagungkan, mematuhi, dan tunduk padanya serta bersedia mengorbankan kemerdekaan yang dimiliki.
Oleh karena itu, pengertian kalimat La ilaha illallah telah mencakup keselruhan af’al dan sifat Allah. Jika diperinci, maka kalimat tauhid itu mengandung makna: tiada pencipta selain Allah, tiada pemberi rizki selain Allah, tiada penguasa selain Allah, tiada pemimpin selain Allah, tiada hakim selain Allah, dan tiada sesembahan selain Allah.
Asma’ adalah jamak dari kata ismun, yaitu nama-nama. Dengan demikian, tauhid asma’ wa shifat berarti keyakinan bahwa Allah adalah esa dalam nama[-nama dan sifat-sifat-Nya. Kita diperintahkan untuk menerima dan mengimani nama serta sifat Allah sebagaimana yang disampaikan sendiri oleh Allah di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, apa adanya, tanpa menambah, mengurangi, menolak, mentakwilkan, dan mengandaikan/permisalan.
Persaksian La ilaha illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar dalam kehidupan, jika tidak mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah. Oleh karana itu persaksian dan keimanan terhadap klerasulan Nabi Muhammad saw. dijadikan salah satu dari dua kalimat syahadat, yang menjadi pintu gerbang seseorang untuk memasuki agama Islam.
Rasulullah saw. adalah contoh bteladan yang utama dalam kehidupan Muslim, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21.
Keteladanan yang diberikan Rasulullah saw. ini bersifat total. Baik terkait soal ibadah maupun muamalah.Demikianlah dalam kehidupan Muslim, Rasulullah adalah figur utama, satu satunya teladan yang dicintai, ditaati, dan diikuti. Inilah yang dimaksud dengan Tauhidul Uswah.
IV. Urgensi Kelompok Seide
Dalam catatan Hamid Fahmy Zarkasyi dengan mengutip pandangan Ibnu Khaldun tanda wujudnya peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan. Bahkan maju mundurnya suatu peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan. Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibnu Khaldun adalah ilmu pengetahuan. Namun ilmu pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif mengembangkannya. Karena itu suatu peradaban atau suatu umran harus dimulai dari suatu “komunitas kecil”. Dan ketika komunitas itu membesar, akan lahir umran besar.
Masih menurut Hamid Fahmy Zarkasyi bahwa kota Madinah, kota Cordova, kota Baghdad, kota Samara, kota Cairo, dan lain-lain adalah sedikit contoh dari kota yang berasal dari komunitas yang kemudian melahirkan negara. Tanda-tanda lahir dan hidupnya suatu umran bagi Ibnu Khaldun di antaranya adalah berkembangnya teknologi, kegiatan ekonomi, tumbuhnya praktik kedokteran, dan kesenian. Di balik tanda-tanda lahirnya suatu peradaban itu terdapat komunitas yang aktif dan kreatif menghasilkan ilmu pengetahuan.
Perlu dicatat, tradisi intelektual dalam Islam juga memiliki medium transformasi dalam bentuk institusi pendidikan yang disebut al-Suffah dan komunitas intelektualnya disebut ashab al-Suffah. Di lembaga pendidikan pertama dalam Islam ini kandungan wahyu dan hadis-hadis Nabi dikaji dalam kegiatan belajar-mengajar yang efektif. Yang jelas, Ashab al-Suffah adalah gambaran terbaik institusionalisasi kegiatan belajar-mengajar dalam Islam dan merupakan tonggak awal tradisi intelektual dalam Islam.
Dari pokok-pokok pemikiran di muka mengantarkan betapa urgen adanya kelompok seide dalam kerja besar yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insani. Sehingga jika dipetakan siapa saja mereka itu maka disamping para pengurus dan para relawan juga dibutuhkan dukungan dari masyarakat luas. Di sinilah barangkali dapat dipahami betapa strategis adanya lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal dan kerja-kerja dakwah baik dakwah di internal lembaga maupun dakwah ke masyarakat luas.
V. Beberapa Langkah Menuju Peradaban Islam
Menurut Hamid Fahmy Zarkasy bahwa usaha membangun kembali peradaban Islam memerlukan beberapa prasyarat konseptual. Pertama, memahami sejarah jatuh bangunnya peradaban Islam di masa lalu. Kedua, memahami kondisi umat Islam masa kini dan mengidentifikasi masalah atau problematika yang sedang dihadapi umat Islam masa kini. Dan ketiga, sebagai prasyarat bagi poin kedua, adalah memahami kembali konsep-konsep kunci dalam Islam.
Dalam kaitan ini pandangan Naquib al-Attas patut diperhatikan :
“Kini sudah jelas bagi kita kaum Muslimin bahwa akar masalah yang sedang kita hadapi ini sesunguhnya terletak pada masalah di sekitar pengertian ilmu. Akal pikiran kita telah diliputi oleh masalah sifat dan tujuan ilmu yang salah. Orang Islam telah terpedaya dan secara tidak sadar telah menerima pengertian ilmu yang dianggap sama dengan pengertian kebuadayaan Barat. Mereka telah memberi pengertian ilmu sesuai dengan sifat dan tabiat kepribadian mereka. Sedangkan makna ilmu itu berbeda-beda sesuai dengan agama dan kebudayaan berdasarkan pandangan hidup masing-masing. Islam pun mempunyai pandangan hidup tersendiri yang mencerminkan sifat dan tabiat kepribadiannya sendiri yang berbeda dari pandangan hidup agama dan kebudayaan lain”.
Apa yang disimpulkan oleh al-Attas adalah benar adanya. Di sini al-Attas sangat menyadari bahwa peradaban Islam adalah peradaban yang memperhatikan ilmu pengetahuan dan bahkan dibangun atas dasar ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan Islam dan pandangan hidup Islam berkaitan sangat erat sekali. Sebab, menurutnya ilmu itu “mempengaruhi sikap hidup manusia”. Jadi kesimpulan di atas bahwa pandangan hidup adalah asas peradaban tentulah benar adanya. Dan tidak salah pula jika disimpulkan bahwa hancurnya peradaban Islam adalah karena hancurnya ilmu pengetahuan Islam.
Dalam kaitan usaha membangun kembali peradaban Islam dengan berbasis konsep ilmu dan pandangan hidup menurut Islam maka Yayasan Bina Insani telah melakukan beberapa langkah. Ini dapat dilihat dalam salah satu misi Bina Insani. Yaitu memberikan layanan dalam dakwah dan pendidikan yang inovatif. Sebagai realisasi dari misi tersebut maka Bina Insani di samping menyelenggarakan pendidikan secara formal maupun non formal juga penyebarluasan pemahaman terhadap para wali murid dan para nasabah BMT Bina Insani tentang konsep ilmu menurut Islam serta materi tentang ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, dan ma’rifatul Islam.
Sementara ini memang penyelenggaraan pendidikan formal oleh Bina Insani baru sampai tingkat dasar dan menengah. Menurut al-Attas pembentukan individu yang beradab, secara strategis dapat dimulai dari pendidikan universitas. Namun pendidikan universitas tersebut harus terlebih dahulu diletakkan dan berlandaskan pada interpretasi yang benar terhadap hikmah Ilahiyyah sehingga dapat melahirkan sarjana, ulama, dan pemimpin Muslim yang mempunyai pandangan hidup Islam. Barangkali pendapat al-Attas ini dapat menjadi bahan pemikiran khususnya bagi para pengurus Yayasan Bina Insani dan para relawannya untuk merealisasikan sebuah universitas di masa depan.
Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi bahwa penekanan pada pendidikan tinggi merupakan salah satu tradisi dalam Islam dan menjadi perhatian utama para pemikir Muslim sejak dulu. Bahkan, target utama dan misi nabi adalah untuk mendidik individu yang dewasa dan bertangung jawab. Penekanan terhadap pendidikan dasar dan menengah sering dikaitkan dengan adanya pengaruh Westernisasi dan modernitas.
Selain itu, universitas juga merupakan tahap akhir dari penyiapan pemimpin-pemimpin masyarakat. Di semua negara, universitas adalah tempat di mana individu-individu yang menonjol menjalani pendidikan dan latihan, guna mengatasi kemiskinan sumber daya alam dan manusia.
Masih menurut salah seorang murid al-Attas tersebut bahwa sebenarnya pendidikan tingkat dasar dan menengah hanyalah persiapan menuju universitas. Betapapun baiknya reformasi pendidikan dasar dan menengah, jika sistem pendidikan tinggi, terutama universitas, tidak direformasi sesuai dengan kerangka epistemologi dan pandangan hidup Islam, ia akan mengalami kegagalan. Dengan menekankan pendidikan tinggi, maka kekurangan-kekurangan yang ada pada pendidikan tingkat rendah dapat diperbaiki.
Dalam pandangan al-Attas bahwa universitas Islam itu mempunyai struktur yang berbeda dengan universitas Barat, mempunyai konsep ilmu yang berbeda dengan apa yang dianggap sebagai ilmu oleh para pemikir Barat, mempunyai tujuan dan aspirasi yang berbeda dengan konsepsi Barat. Tujuan dari pendidikan tinggi dalam Islam adalah untuk membentuk ‘manusia sempurna’ ataupun ‘manusia universal’. Seorang ulama Muslim bukanlah seorang spesialis dalam salah satu bidang keilmuan tetapi ia adalah seorang yang universal dalam cara pandangnya dan mempunyai otoritas dalam beberapa bidang keilmuan yang saling berkaitan.
Dengan meminjam istilah Kuntowijoyo maka langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Yayasan Bina Insani selama ini merupakan ikhtiar menjadikan Islam bisa empiris. Artinya berbagai konsep Islam baik terkait dengan ekonomi, politik, sosial dan budaya tetap hanya sebagai seperangkat teori belaka jika tidak ada institusi yang mendukungnya. Sekali lagi dengan tampilnya lembaga-lembaga pendidikan dan keuangan di lingkungan Bina Insani merupakan bukti keseriusan untuk mewujudkan Islam yang empiris itu.

VI. Kesimpulan
Dari uraian di muka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut :
1. Yayasan Bina Insani dengan visi, misi, program dan aksinya merupakan lembaga nirlaba yang berusaha membangun kembali peradaban Islam.
2. Peradaban Islam adalah peradaban yang dibangun oleh ilmu pengetahuan Islam yang dihasilkan oleh pandangan hidup Islam dengan bersumber pada wahyu Allah.
3. Landasan peradaban Islam ialah ma’rifatullah sebagai landasan esensial dan ma’rifatur rasul sebagai landasan operasional.
4. Sebuah keniscayaan adanya kelompok seide dalam usaha pembangunan kembali peradaban Islam oleh Yayasan Bina Insani. Artinya ide tersebut bukan hanya harus diemban oleh para pengurus dan para relawan tetapi harus mendapatkan dukungan dari masyarakat luas.
5. Tampilnya lembaga-lembaga pendidikan dan keuangan Bina Insani merupakan bukti dari Islam yang empiris. Dan adanya lembaga pendidikan tinggi Bina Insani di masa depan hendaknya menjadi agenda besar bagi para pengurus dan para relawannya.

DAFTAR PUSTAKA

Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular-Liberal. (Jakarta: Gema Insani Press).
Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah umat Islam Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).
__________. 2007. Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika. (Yogyakarta: Tiara Wacana).
Suneth, A. Wahhab dan Syafaruddin Djossan. 2000. Problematika Dakwah Dalam Era Indonesia Baru. (Jakarta: Bina Rena Pariwara).
Takariawan, Cahyadi. 2003. Dialog Peradaban: Islam Menggugat Materialisme Barat. (Solo: Intermedia).
Zarkasyi, Hamid Fahmy, dkk. 2010. On Islamic Civilization: Menyalakan Kembali Lentera Peradaban Islam Yang Sempat Padam. (Semarang: Unissula Press).

Rabu, 06 April 2011

MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIF TELEVISI

Oleh : ENDAR RINI

Televisi : bagai pisau bermata dua
Kita tentu sudah tidak asing dengan kotak hitam yang disebut televisi, bahkan sudah sangat akrab dengan benda yang satu ini. Banyak dari kita yang sanggup berjam – jam nongkrong di depan televisi, ada juga yang menyediakan ruang khusus untuk menonton televisi. Namun sadarkah kita kalau ternyata kebanyakan tayangan televisi Indonesia saat ini lebih banyak yang negatif daripada yang positif.
Tayangan yang positif adalah tayangan yang sehat, menghibur sekaligus mendidik, seperti berita dan sedikit sinetron yang sehat dan menghibur. Sedangkan tayangan yang negatif adalah tayangan yang memuat / mengandung kekerasan, mistik, seks ( pornografi dan pornoaksi ), serta gaya hidup / budaya hedonis, materialis dan permisif. Muatan kekerasan antara lain terdapat pada berita kriminal, dimana pengelola TV beranggapan semakin menonjolkan kekerasan dan darah akan semakin seru. Tayangan yang berbau mesum antara lain “ Fenomena “ dan “ Komedi Malam “ yang tayang di Trans TV, dan juga acara Talk Show yang cenderung seronok, seperti “ Empat Mata “ ( tayang di Trans7 ), kevulgarannya terdapat pada adegan maupun perkataan pembawa acara / bintang tamunya. Adapun sebagian besar acara TV didominasi sinetron yang kebanyakan bertema mistik, kekerasan, percintaan yang menjurus pada perzinahan, perebutan harta atau kemewahan. Bahkan ada beberapa sinetron yang diperankan artis yang masih di bawah umur dengan tema yang sama, seperti My Love dan Heart Series yang tayang di layar SCTV.
Tayangan – tayangan negatif tersebut ternyata sangat berpengaruh pada perilaku, sikap, dan pola pikir pemirsanya, bukan hanya bagi anak – anak atau remaja tetapi juga orang dewasa. Banyaknya kasus penganiayaan, pelecehan seksual dan tindakan negatif lain yang terinspirasi dari tayangan TV adalah buktinya.

Rating yang berkuasa.
Kalau ditanya sadarkah para pengelola TV bahwa acara – acara semacam itu ( yang telah disebutkan di atas ) bisa merugikan pemirsa, terutama anak – anak dan remaja ?. Jawabannya mungkin “ iya “, tetapi acara tersebut tetap mengudara dengan alasan acara yang mereka buat adalah selera publik, berdasarkan rating yang dikeluarkan lembaga survei. Rating itulah yang menjadi patokan pengelola TV dan biro iklan untuk memasang iklan pada sebuah program di televisi. Pengelola TV berkepentingan untuk mendapatkan rating yang tinggi untuk meyakinkan pemasang iklan. Seringkali ketika suatu program ditayangkan, publik menjadi kelinci percobaan terhadap tren. Pengelola TV beranggapan bahwa ini adalah bisnis, sehingga harus untung dan survive. Padahal TV adalah ranah publik, bukan sekedar institusi bisnis, TV punya tanggung jawab moral terhadap masyarakat.
Solusi / menaggulangi dampak negatif televisi.
Sebenarnya sudah ada KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) yang diamanahi untuk mengatur industri penyiaran, televisi dan radio. Tetapi KPI seperti sapi ompong di depan pengelola TV. Berkali – kali KPI melayangkan peringatan kepada stasiun TV yang melanggar aturan, namun berkali – kali pila program baru muncul. Walaupun sudah ada peringatan dari pengelola TV dengan mencantumkan inisial BO ( Bimbingan Orang tua ) atau DW ( Dewasa ) di pojok layar TV, akan sia – sia saja jika orang tua sendiri tidak punya waktu untuk mendampingi anak – anak.
Jalan keluar yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan program TV Sehat / selektif dalam menonton TV, misalnya anak – anak hanya diberi waktu menonton tayangan anak dan pendidikan saja. Tetapi itupun masih menyisakan dampak negatif yang muncul dari tayangan iklan. Oleh karena itu peran LSM seperti MARKA ( Media Ramah Keluarga ) untuk mensosialisasikan program TV sehat pada mayarakat sangat diperlukan. Juga untuk mendorong masyrakat lebih kritis terhadap tayangan TV dan ikut mengontrol tayangan TV dengan melakukan protes keras, sedikit banyak akan mempengaruhi para pengelola TV dalam menentukan program yang akan ditayangkan.
Atau mungkin dengan menyingkirkan TV sama sekali dari rumah atau No TV, merupakan solusi yang baik dan tegas. Ada beberapa keluarga yang ternyata bisa hidup tanpa TV, antara lain keluarga Teguh Juwarno ( mantan praktisi TV ), dan keluarga M. Fauzhil Adhim ( Penulis buku keluarga ). Walaupun tanpa TV, anak – anak mereka tetap bisa tumbuh normal, bahagia, percaya diri, dan punya kepedulian terhadap sesama. Memang peran orang tua disini sangat penting untuk dapat kreatif memberikan alternatif hiburan dan permainan bagi anak – anaknya, antara lain dengan mengakrabkan buku dan komputer pada anak – anak sejak kecil, bernyanyi, menari dan berolah raga bersama, permainan seperti ular tangga / scrable, berkebun, memancing, main sandiwara, menggambar / melukis, mendongeng dan sebagainya.
Jadi dengan melihat begitu banyak dampak negatif televisi, apakah memang benar sudah saatnya TV enyah dari rumah kita ? Wallahu’alam.