Kamis, 10 Mei 2012

BERSIKAP PROPORSIONAL TERHADAP PERADABAN BARAT

Oleh Bambang Purwanto, S. Ag.
Buku dengan judul “Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Liberalisme-Sekularisme” adalah salah satu karya terbaik dari DR. H. Adian Husaini, M.A. Perhatiannya terhadap problem pemikiran Islam dan Barat sejak masih duduk sebagai pelajar tingkat menengah pertama (SMP). Dengan perjalanan intelektual dalam mencermati problem tersebut selama lebih dari 20 tahun dan karirnya sebagai seorang wartawan serta pengalaman belajarnya di ISTAC-IIUM menjadikan salah seorang murid dari Prof. Naquib Al-Attas ini, sebagai sedikit dari pemikir muda Islam yang memahami Oksidentalisme (kajian tentang Barat) secara luas. Buku ini memang memiliki bobot yang tinggi sebagai pembahasan ilmiah. Tetapi dengan kepiawaian penulisnya sebagai seorang wartawan yang pelan-pelan menjalankan peran sebagai pemikir maka buku tersebut dapat dinikmati sebagai bahan yang krekes dan gurih. Bukti apresiasi yang tinggi terhadap buku tersebut antara lain terjadi dalam Islamic Book Fair di Jakarta tahun 2006 dengan terpilihnya sebagai buku terbaik untuk kategori non-fiksi.
Wajah dunia adalah wajah penguasa. Itulah barangkali kesimpulan dari kajian para ahli ilmu sosial bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia tidak terjadi begitu saja. Melainkan merupakan hasil dari sebuah rekayasa dari pihak yang memegang kekuasaan dan mengendalikan media massa. Merekalah yang akan dominan dalam suatu masyarakat tertentu. Karena saat ini Barat merupakan pihak yang sedang berkuasa dan pemegang kendali media maka wajah dunia didominasi oleh peradaban Barat. Jadilah wajah dunia adalah wajah Barat. Hal tersebut antara lain tampak dalam homogenisasi food (makanan), fun (hiburan), fashion (mode) dan thought (pemikiran).
Situasi dunia yang sarat dengan penyebaran budaya Barat yang didominasi dengan budaya konsumerisme, hedonisme dan materialisme itu menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam. Di kalangan umat Islam paling tidak terdapat 3 sikap terhadap peradaban Barat. Ada sebagian umat Islam yang bersikap menelan begitu saja apa yang datang dari Barat, ada sebagian yang menolak mentah-mentah dan sebagian lagi bersikap proporsional. Sikap yang terakhir inilah yang dihimbau oleh DR. Adian melalui karyanya tersebut. Dan sikap yang adil itu bisa muncul jika umat Islam mau memahami peradaban Barat dengan serius dan mendalam.
Lebih jauh DR. Adian sampaikan bahwa sejak kelahirannya, Islam tidak pernah menolak berinteraksi dengan peradaban lain. Ketika itu, di masa-masa embrionalnya, Islam sudah berhadapan dengan dua peradaban besar, Persia dan Romawi, tetapi Islam tidak minder dan gentar. Secara keilmuan kemudian terbukti, para cendekiawan Muslim mampu menyerap berbagai khazanah keilmuan asing, melalui proses adopsi dan adaptasi, yang sebenarnya merupakan proses Islamisasi ilmu. Proses “menolak” (radd) dan “menetapkan” (itsbat) praktis berlangsung dengan baik. Peradaban Islam berkembang dengan gemilang dan bertahan selama ratusan tahun, dengan proses semacam itu. Dengan mengutip pendapat DR. Hamid Fahmy Zarkasyi ---koleganya di INSISTS dinyatakan oleh DR. Adian bahwa untuk mempertahankan dan mengembangkan peradaban Islam tidak berarti menolak mentah-mentah masuknya unsur-unsur peradaban asing. Sebaliknya untuk bersikap adil terhadap peradaban lain tidak berarti bersikap permissif terhadap masuknya segala macam unsur dari peradaban lain tanpa proses adaptasi.(hal. xxxiii).
Melihat realitas empiris dari umat Islam saat ini persoalannya menjadi lain. Karena di samping adanya hegemoni peradaban Barat yang sangat kuat ternyata secara internal menghadapi tradisi keilmuan yang tidak berkembang. Padahal menurut DR. Adian Husaini bahwa tradisi keilmuanlah yang akan mampu membangkitkan satu peradaban. Ironisnya, justru dalam kajian keislaman, tradisi keilmuan ini tidak berkembang dengan baik. Hampir tidak ada perhatian serius di kalangan Muslim-Indonesia, khususnya-untuk melahirkan cendekiawan-cendekiawan yang unggul, yang menguasai wacana Islam dan Barat sekaligus. Begitu juga belum ada satu pun Perguruan Tinggi Islam di Indonesia yang memiliki visi membangun perpustakaan yang lengkap dan berkualitas tinggi, sejajar dengan yang dimiliki kaum Kristen dan Yahudi di negara-negara Barat. Pendidikan masih dijalankan dengan pola massal, mengejar target banyaknya mahasiswa dan sarjana yang dihasilkan, tanpa terlalu menekankan pada aspek kualitas.(hal. xxxiv)
Lebih tragis lagi dengan menguatnya hegemoni Barat dalam studi Islam di perguruan tinggi Islam. DR. Adian Husaini sangat resah dengan adanya fakta bahwa pemikiran dan metodologi Barat dijiplak begitu saja tanpa daya kritis yang berarti. Sehingga berakibat sangat fatal bagi pemahaman dan pengamalan Islam yang benar. Gejala ini menunjukkan bahwa betapa dikalangan kaum terpelajar Muslim yang diharapkan menjadi panutan justru melacurkan diri secara intelekual dalam frame pemikiran Barat. Jadilah mereka kelompok yang terjangkiti penyakit minder terhadap arus pemikiran Orientalis. Barangkali ini salah satu contoh dari sebagian umat Islam yang mengambil sikap menerima mentah-mentah apa yang berasal dari Barat.
Secara lugas dinyatakan oleh DR. Adian bahwa buku ini lahir karena terpacu melihat fenomena meruyaknya “hegemoni Barat” dalam bidang keilmuan keislaman di Indonesia. Pemikiran dan metodologi Barat dijiplak begitu saja tanpa daya kritis yang berarti. Betapa ironinya, selama ratusan tahun kita dijajah belanda, hampir tidak ada kalangan ulama atau cendekiawan Muslim yang menghujat Al-Qur’an atau menyatakan, bahwa semua agama adalah sama, semuanya jalan yang sah menuju kebenaran dan keselamatan. Meruyaknya paham pluralisme agama, penggunaan metodologi hermeneutika untuk tafsir Al-Qur’an, dan sebagainya, justru terjadi dan begitu mudah diserap setelah kita merdeka. Hal-hal yang mendasar dalam Islam dibongkar, didekonstruksi, tanpa memikirkan dampaknya yang serius. Yang lebih merisaukan, persiapan kaum Muslim untuk menghadapi “zaman baru” berupa “perang intelektual” itu begitu minim, bahkan banyak cendekiawan yang menganggap enteng, seolah-olah sedang tidak terjadi apa-apa. (hal. xxxiv)
Dalam menulis buku tersebut seperti dinyatakan sendiri oleh penulisnya bahwa latar belakangnya adalah ingin menunjukkan, bahwa peradaban Barat yang begitu menyilaukan mata dan begitu gemerlap, sejatinya menyimpan potensi ancaman yang begitu dahsyat bagi umat manusia. Tetapi tidak lantas menyebabkan DR. Adian dapat dikesankan sebagai intelektual Muslim yang anti Barat. Karena seperti dalam pengakuannya bahwa untuk bukunya tersebut telah begitu banyak memanfaatkan sumber-sumber Barat untuk memahami masalah.(hal. xxxv)
Oleh karena itu bagi umat Islam, adanya informasi tentang bagaimana sesungguhnya peradaban Barat itu dirasakan penting. Bagaimanapun tentang aspek-aspek pembentuk peradaban Barat, dari mana akarnya adalah penting untuk diketahui oleh umat Islam. Juga tentang proses apa saja yang membawa Barat yang tadinya menjajah ke mana-mana atas nama Gereja lalu kini berubah menjadi Barat yang menolak pada hal-hal yang berbau agama.Tidak kalah pentingnya adalah tentang akibat lanjutan dari dominasi sekularisme-liberalisme terhadap hubungan Barat dengan peradaban lainnya, khususnya Islam.
Seiring dengan kebutuhan diatas maka beberapa tema kunci dari buku tersebut dibahas dalam tiga bagian; 1). DARI KEBINGUNGAN MENUJU KEMATIAN, 2). CARA MEMANDANG ISLAM,3). TEMA-TEMA INVASI PEMIKIRAN. Selanjutnya dari tiga sub judul ini diuraikan secara panjang lebar dalam 15 bab.
Dengan mengambil rujukan dari sumber yang melimpah di perpustakaan ISTAQ dan ketajaman analisisnya maka DR. Adian Husaini telah berhasil menyoroti sisi negatif dari peradaban Barat. Hal tersebut terungkap dalam : Kebingungan Liberalisme (hal. 3-27), Mengapa Barat Menjadi Sekuler-Liberal? (hal. 28-57), Perselingkuhan dengan Zionisme (hal. 58-78),The End of History atau The End of The West? (hal. 79-106), Jalan Kematian Sebuah Peradaban (hal. 107-127).
Peradaban Barat yang dalam perkembangannya menjadi sekuler tentu menarik untuk disimak bagaimana cara memandang mereka terhadap Islam. Dalam buku DR. Adian tersebut dapat dicermati dalam pembahasan tentang: The Clash of Civilizations: Antara Fakta dan Skenario Politik (hal. 131-149), What’s wrong with Bernard Lewis? (hal. 150-167), Beberapa Mitologi tentang Islam (hal. 168-188), Trauma dan Islamofobia (hal. 189-210), Paradoks wacana “Terorisme” dan “Fundamentalisme” (hal. 211-230), Islam-Barat: A Permanent Confrontation (hal. 231-253).
Seperti telah diungkap dimuka bahwa Barat berusaha mempengaruhi masyarakat dunia khususnya umat Islam salah satunya dalam bentuk pemikiran. Maka dalam buku tersebut juga dibahas beberapa serangan pemikiran Barat terhadap pemikiran Islam. Yaitu Invasi Barat dalam Pemikiran Islam (1): Sekularisme (hal. 257-287), Invasi dalam Barat dalam Pemikiran Islam (2): Hermeneutika dan Studi Al-Qur’an (hal. 288-333), Invasi Barat dalam Pemikiran Islam (3): Pluralisme Agama (hal. 334-368) dan Pelajaran dari Kasus Konflik Islam-kristen di Indonesia (hal. 369-392).
Kehadiran buku ini tidak hanya bernilai bagi para pengkaji peradaban Barat dari kalangan umat Islam, tetapi juga penting bagi orang-orang Barat, pada gilirannya akan terbawa untuk lebih adil dalam memandang terhadap Islam dan umat Islam. Paling tidak, ini akan membantu setiap individu untuk tampil sebagai pengkaji peradaban Barat secara lebih cerdas. Demikian juga untuk para pembuat dasar kebijakan Barat terhadap negara-negara Islam sehingga dapat membuka semakin lebar jalan menuju hubungan yang lebih sehat dan adil antara peradaban Barat dan Islam.Namun demikian, berbagai nilai plus gagasan DR. Adian Husaini ini tidak bisa langsung secara komunal terlihat pengaruh aplikatifnya, karena sajiannya masih merupakan tawaran. Tawaran khususnya bagi umat Islam untuk dapat mensikapi peradaban Barat secara proposional. DR. Adian sendiri pun masih harus sabar menunggu. Ia harus menunggu tanggapan dari pembaca, setuju atau tidak setuju.
Judul Buku: Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi
Liberalisme- Sekularisme
Penulis : Adian Husaini
Penerbit : Gema Insani Press
Cetakan : I, 2005
Tebal : 416 hlm

Tidak ada komentar: