Sabtu, 11 Agustus 2012

Derita Muslim Rohingya Semakin Berat

DI saat umat Islam Indonesia menjalani ibadah puasa Ramadan dengan tenang, maka puluhan ribu umat Islam di Rohingya di Myanmar, yang dulu bernama Burma, terus menerus mengalami pembantaian dan diusir dari kampung halamannya.

Warga muslim di Myanmar sudah ada sejak abad VII. Agama Budha dan Hindu juga mendapat pengaruh kuat di Myanmar, tapi kemudian agama Budha mendominasi. Pada 1982 pemerintah militer Myanmar membuat Undang Undang yang menyatakan Muslim Rohingya bukan warga negara Myanmar. Akibatnya puluhan ribu, bahkan mungkin jutaan warga Muslim Rohingya mengalami pemberangusan puluhan masjid, pemusnahan Alquran, pembakaran hingga perusakan rumah umat Islam, penyiksaan hingga pengusiran agar mau mengubah keyakinannya terhadap ajaran Islam. Pemerintahann Presiden Thein Sein justru memerintahkan Muslim Rohingya harus diusir, dan muncul kabar kaum Muslim Rohingya dipaksa makan dan minum hal-hal yang diharamkan dalam agama Islam.

Dari foto-foto di berbagai media situs internet, nampak sekali umat Islam Rohingya yang tetap berpegang teguh pada akidah agamanya hidup terjepit di antara wilayah Bangladesh dengan Myanmar.
Muncul pandangan agar Aung San Suu Kyi yang peraih Nobel Perdamaian karena memperjuangkan demokrasi dan HAM tanpa kekerasan agar turun tangan, karena kasus Muslim Rohingya merupakan kebebasan HAM karena semua manusia berhak hidup dengan agamanya yang dianutnya.

Kaum Muslim Rohingya mengalami penderitaan yang sangat berat pada bulan suci Ramadan ini, Mereka tak lagi punya rumah tinggal, tak lagi punya lahan untuk mencari nafkah. Mereka memilih hidup terusir dan menderita demi mempertahankan akidahnya, demi keyakinan agamanya. Mereka tak pernah melakukan pemberontakan bersenjata terhadap pemerintah Myanmar seperti yang dilakukan suku Karen. Pemerintah Presiden Thein Sein yang memimpin Myanmar juga pernah menangkapi, dan menindas dan memenjarakan para bhiksu Budha ketika terjadi demo besar-besaran di Myanmar. Sehingga pengusiran terhadap umat Muslim Rohingya semata-mata kebijaksanaan pemerintah Thein Sein yang mungkin mencari popularitas di hadapan rakyatnya yang mayoritas beragama Budha.

Mengandalkan Aung San Suu Kyi untuk mengatasi penderitaan Muslim Rohingya tak mudah, karena ia harus berhadapan dengan pemerintahan Theon Sein yang selama ini juga menindasnya. Bukan karena agama, lantaran Aung San Suu Kyi juga beragama Budha. Tapi karena kekuasaan,

Seharusnya Organisasi Konferensi Islam (OKI) bertindak, karena penindasan terhadap Muslim Rohingya sudah tersiar ke seluruh dunia. (*)
(Tajuk Rencana SKH Kedaulatan Rakyat edisi Sabtu (10/8/2012)

Tidak ada komentar: