Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam
bukunya (Human Development) mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara
bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak
menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi
dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan
menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan
dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus
menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya
(need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan
berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. Bermain tentunya merupakan hal
yang berbeda dengan belajar dan bekerja.
Outbound
merupakan salah
satu metode pembelajaran modern yang memanfaatkan keunggulan alam. Para peserta
yang mengikuti outbound tidak hanya dihadapkan pada tantangan intelegensia,
tetapi juga fisik dan mental. Dan ini akan terus terlatih menjadi sebuah
pengalaman yang membekali dirinya dalam menghadapi tantangan yang lebih nyata
dalam persaingan di kehidupan sosial masyarakat.
Kegiatan outbound sendiri bertujuan menumbuhkan dan menciptakan suasana saling mendorong, mendukung serta memotivasi dalam sebuah kelompok. Selain mengembangkan kemampuan apresiasi atau kreativitas dan penghargaan terhadap perbedaan dalam sebuah kelompok juga memberikan kontribusi memupuk jiwa kepemimpinan, kemandirian, keberanian, percaya diri, tanggung jawab dan empati yang merupakan nilai dasar yang harus dimiliki setiap orang. Yang diterjemahkan melalui experiential learning yang akan memberikan pengalaman langsung kepada peserta pelatihan dengan simulasi permainan. Peserta langsung merasakan sukses dan gagal dalam pelaksanaan tugas.
Sisi menarik dari metode pembelajaran outbound adalah permainan sebagai bentuk penyampaiannya. Dalam permainan skill, individu tidak hanya ditantang berpikir cerdas namun juga memiliki kepekaan sosial. Dalam outbound peserta akan lebih banyak dituntut mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual quotient) nya, disamping IQ (intellegent quotient). Metode outbound training memungkinkan peserta dalam aktivitasnya melakukan sentuhan-sentuhan fisik dengan latar alam yang terbuka sehingga diharapkan melahirkan kemampuan dan watak serta visi kepemimpinan yang mengandung nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, toleransi, kepekaan yang mendalam, kecerdasan serta rasa kebersamaan dalam membangun hubungan antar manusia yang serasi dan dinamis.
Kegiatan outbound sendiri bertujuan menumbuhkan dan menciptakan suasana saling mendorong, mendukung serta memotivasi dalam sebuah kelompok. Selain mengembangkan kemampuan apresiasi atau kreativitas dan penghargaan terhadap perbedaan dalam sebuah kelompok juga memberikan kontribusi memupuk jiwa kepemimpinan, kemandirian, keberanian, percaya diri, tanggung jawab dan empati yang merupakan nilai dasar yang harus dimiliki setiap orang. Yang diterjemahkan melalui experiential learning yang akan memberikan pengalaman langsung kepada peserta pelatihan dengan simulasi permainan. Peserta langsung merasakan sukses dan gagal dalam pelaksanaan tugas.
Sisi menarik dari metode pembelajaran outbound adalah permainan sebagai bentuk penyampaiannya. Dalam permainan skill, individu tidak hanya ditantang berpikir cerdas namun juga memiliki kepekaan sosial. Dalam outbound peserta akan lebih banyak dituntut mengembangkan kemampuan ESQ (emotional and spiritual quotient) nya, disamping IQ (intellegent quotient). Metode outbound training memungkinkan peserta dalam aktivitasnya melakukan sentuhan-sentuhan fisik dengan latar alam yang terbuka sehingga diharapkan melahirkan kemampuan dan watak serta visi kepemimpinan yang mengandung nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, toleransi, kepekaan yang mendalam, kecerdasan serta rasa kebersamaan dalam membangun hubungan antar manusia yang serasi dan dinamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar